Berlagak Kencan...

Lagak dapat diartikan sebagai gaya atau berpura-pura atau menirukan atau melakukan sebuah tindakan yang tidak memiliki arti yang sebenarnya.
Contohnya kira-kira seperti ini :
Lagaknya seperti orang kaya saja, dia tidak kaya tapi kelakuannya meniru orang kaya. 

Dalam kasus yang saya alami hari Minggu lalu, saya berlagak kencan.
Tentu saja ini bukan kencan yang sesungguhnya. 
Atau apakah makan berdua dengan seorang laki-laki dapat disebut sebagai kencan betulan? 
Hmm... Saya tidak dapat memastikan. 
Akan tetapi dari sisi saya pribadi, saya akan menganggap itu sebagai kencan atau lebih tepatnya saya berlagak kencan.

Alasannya sederhana, saya mengajaknya dan ia menerima ajakan. Lalu dia menentukan tempat pertemuan dan saya menemuinya di tempat janjian. Kami makan bersama (setidaknya kami duduk berhadapan) lalu kami ke toko buku (the best part of this fake date). 

Kenapa toko buku menjadi hal yanb paling baik yang terjadi hari itu? 
Kembali alasannya sederhana, karena kencan di toko buku itu impian saya dari masih kecil.
Entahlah, saya begitu menyukai buku, karenanya kencan di toko buku atau di perpustakaan atau ditempat-tempat yang kekanakan seperti taman bermain, danau atau hal-hal semacamnya menjadi tempat kencan impian saya.

Hal menarik disini adalah saya memang sudah lama tidak membeli buku. Karenanya hari itu saya ingin membeli beberapa buku (tanpa maksud mengharapkan dirinya membelikan saya buku). Hal menyenangkan pertama adalah saat ia memotret voucher toko buku miliknya dan bersedia memberikannya kepadaku. Tidak tahu hal ini penting untuk diceritakan atau tidak tapi menurut saya hal ini lucu. Lucu karena dalam pikiran saya, sesaat terbersit keinginan untuk meminta voucher itu drinya sebelum dia memotretnya. Menarik bukan...? Seolah dia tahu apa yang saya pikirkan saat itu juga.

Hal menarik berikutnya adalah karena saat di toko buku di bagian komik, saya menemukan buku-buku komik yang terjatuh. Saya berjongkok untuk mengumpulkan komik-komik itu, dan tanpa saya harapkan dia juga berjongkok dan memunguti komik-komik tersebut. Oke, kalian bisa bilang saya gila atau memiliki imajinasi terlalu luas, tapi saat kami berjongkok untuk memungut komik-komik itu, situasi kami miril seperti iklan atau film-film yang menampilkan awal dari sebuah kisah cinta (chessy memang) tapi saya menyukainya. Apalagi ketika tangan kami hampir bersentuhan (oke, mungkin yang ini hanya khayalan saya, mihihihihi...) 

Selanjutnya ucapannya saat mengatakan "udah, segitu aja...?" 
Dia berucap seperti itu saat saya sudah mengambil dua buah buku dan hendak membayar ke kasir. Entah apa maksud ucapannya tapi saya suka cara dia mengucapkannya. Dalam imajinasi saya, saya merasa dia ingin saya mengambil lebih banyak buku dan dia yang akan membayarnya. (Hahaha, oke saya bukan cewek matre, hanya saja saya lebih suka diberikan banyak buku oleh seseorang ketimbang diberikan sesuatu seperti tas, baju atau lain-lain) karenanya saat dia berkata seperti itu saya mengkhayalkan yang tidak-tidak. Ah, saya benar-benar menyukai hari Minggu lalu.

Tapi saat sekitarmu membahagiakan ada hal-hal yang akan meruntuhkannya, bukan?
Saat pulang, dia berucap lagi :"Ada yang nganbek, misi berhasil." (Baiklah ini saya tidak mencuri dengar, tapi dia berkata begitu disebelah saya tentu saja saya mendengarnya)
Seketika saya tanggap bahwa ada orang lain yg dia maksudkan, dan orang itu bukan saya.
Nampaknya saya kurang lebih memahami apa yang terjadi.
Saya kesal, cemburu mungkin.
Pfftt, pria disebelah saya ini bukan milik siapa-siapa, kenapa saya harus cemburu?
Entahlah, tapi mood saya langsung menjadi tak menyenangkan.


Sudahlah, makanya saya berkata berlagak kencan.
Setidaknya saya punya pengalaman berdua dengan seseorang yg saya sukai di toko buku.
Setidaknya itu lebih dari cukup.
Semoga saja....








Tidak ada komentar:

Posting Komentar