Becandaan yang gak lucu

Selama sejarah saya punya teman saya tidak pernah mengomentari cara mereka bercanda dengan saya. Saya merasa mereka bebas mengutarakan semua hal-hal yang lucu dengan saya. Apapun itu saya tahu bahwa bercandaan kami masih memiliki batasan-batasan dalam perkataan ataupun tindakan sehingga tidak melukai hati sesama kami manusia.

Ada beberapa hal yang saya pahami dalam hidup ini, bahwa ada kalanya bercanda seseorang dapat terlalu berlebihan dan menyebabkan pihak lain mengalami rasa tersinggung atau tidak dihargai dan bahkan tersakiti. Sejujurnya saya bukan tipe yang mudah marah karena hal sepele. Hanya saja jika mood saya sedang dalam keadaan yang tidak bisa berkompromi dan ada seseorang yang bercanda terlalu berlebihan dengan saya, saya ingin segera memaki orang tersebut.

Alkisah, ada seorang pria yang dalam hidup saya ini memiliki peranan yang penting. Baiklah, saya menyukai laki-laki sialan itu. Sialan adalah kata yang tepat untuk mengungkap kekesalan saya akan segala tindakannya yang berupa "candaan" tapi mengesalkan hati saya. Pria sialan ini entah kenapa selalu tepat memilih waktu untuk membuat saya bertambah kesal saat sedang kesal, atau bertambah bahagia saat sedang bahagia.

Bercandaannya yang kelewatan namun masih bisa saya jadikan hal yang menyenangkan hati adalah ketika sekitar tengah malam, ia mengirimkan gambar seekor udang gemuk dengan posisi meringkuk di atas mie dalam sebuah mangkok. Gambarnya tidak lucu, namun tulisannyalah yang membuat tertawa, ia menuliskan bahwa gambar itu seperti saya yang meringkuk seorang diri di malam hari. Well, pada dasarnya saya single memang kenyataan dan hal itu tidak menyulitkan saya, karenanya gambar itu dapat saya artikan lucu. Menghibur dan cerdas. Kelewatan karena mengandung sindirian tapi tidak menyebabkan saya murka.

Saya selalu merasa bahwa pria sialan ini, mungkin hanya butuh teman, butuh pendengar setia yang mau mendengar keluh kesahnya, butuh perhatian dari sesama teman yang seumuran atau lain sebagainya. Pria ini tidak akan saya sebut sebagai pria sialan, jika ia tahu bagaimana caranya bercanda dengan sopan dan menyenangkan seperti gambar pertama tadi. Tapi kali kedua dia mengirimkam gambar hasil editannya, mau tidak mau saya terpaksa menyebutnya menjadi pria sialan dari pria tersayang.

Gambar yang kedua berupa editan. Tidak mengerti kenapa dia suka mengedit gambar, yah itu hak masing-masing semua orang dengan hobinya masing. Oke, gambar editan yang kedua adalah saya mau kalian membayangkan (mohon maaf disini tidak ingin melibatkan unsur SARA) tiga orang perempuan termasuk saya didalamnya diedit mengenakan jilbab. Menurut saya hal itu sama sekali tidak lucu. Terumatama karena muka saya sangat...sangat tidak sesuai. Dia mengambil foto saya yang paling jelek, ya saya tau dia memang sengaja dan berniat melucu, tapi maaf saja mas sialan, mood saya sedang tidak merasa tergugah untuk tertawa karena editan murahan saudara. 

Oke, ini terkesan perkataan saya agak kejam dan menghina dia, tapi saat ini saya sedang dalam kondisi marah, tentu saja saya akan memakinya, walaupun lewat tulisan blog ini. Alasan kedua saya marah adalah saya tidak suka dengan dia menggunakan simbol dari agama lain sebagai alat bercandaan bagi teman-temannya. Saya ini memiliki keluarga yang unik, kami keluarga besar memiliki perbedaan suku dan agama dan kami saling menghormati satu dengan yang lain. Ini juga yang membuat saya murka kepada pria sialan itu. Bercandaan yang tidak dapat ditolerir, murahan dan menyebalkan.

Seandainya dia membaca ini dan dia tidak tahu apa sedang saya bicarakan, saya berharap dia sadar dan tidak mengulanginya. Sadar itu hal yang baik, dan jangan membenci saya karena saya terlalu frontal membahas dirimu disini. Saya juga sedang belajar memaafkan dirinya, semua ini proses bukan. Dia belajar dan saya juga belajar, dan saya harap baik dia dan saya suatu saat dapat bertindak lebih dewasa dalam hal bercanda. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar