Akhir-akhir ini...

Akhir-akhir ini aku memikirkanmu.

Akhir-akhir ini aku merindukanmu.

Akhir-akhir ini aku menginginkanmu.

Akhir-akhir ini aku...


...





...





...





Aku mengecek akun Instagram-mu, Facebook-mu, Twitter-mu, Blog-mu, dan semua yang berkaitan denganmu.







Seandainya orang lain tau, mereka berpikir aku pasti sudah gila. 


Walaupun belum sampai taraf gila namun aku merasa bahwa ada saat dimana aku benar-benar ingin bersamamu. Seperti akhir-akhir ini. 





Dan harus kuakui pula bahwa setiap aku melihatmu aku tak terlalu mengharapkanmu dihidupku. 





Sepertinya akhir-akhir ini aku kesepian. Karenanya aku memikirkanmu, merindukanmu dan menginginkanmu. Seorang yang kesepian tentu bisa melakukan hal-hal yang konyol, bukan? 

Orang Yang Sama Untuk Selamanya

Ya Suatu hari.. Suatu malam lebih tepatnya. Sekitar jam 12 malam, saya makan malam sama teman. Teman saya ini spesial, karena kita sudah berteman selama bertahun-tahun. Jadi dimulailah obrolan ringan yang lama-lama jadi berat karena topiknya mengenai pasangan hidup.
Saya yang perempuan dan teman saya yang laki-laki sudah jelas kami beda pendapat mengenai orang yang seperti apa yang tepat untuk dijadikan pasangan hidup. Versi saya adalah satu, laki-laki itu harus takut akan Tuhan dan memiliki pribadi yang mau dibentuk sesuai dengan karakter-Nya Tuhan. Dua, laki-laki  ini harus satu suku (bukannya saya rasis tapi ini lebih ke arah permintaan orangtua). Tiga, laki-laki ini tidak lagi ikut adat istiadat (maksudnya kalau mengadakan pesta pernikahan ya tanpa embel-embel adat gitu/ secara modern saja. Kalau syarat ini selain dari orangtua, say sendiri juga setuju karena agak ribet saja kalau pakai adat itu). Empat, laki-laki ini harus berwawasan luas (maksudnya jangan sempit pemikirannya, ini tahun 2016, laki-laki dan perempuan sudah bisa saling berbagi tugas dalam mengurus rumah tangga alias laki-laki ini harus mau donk bantu-bantu istrinya).
Kalau versi teman saya adalah satu, takut Tuhan sudah pasti tapi yang kedua ketiga keempatnya gak ada. Dia tidak mengharuskan pasangannya harus yang satu suku atau pakai adat atau tidak. Teman saya ini lebih santai dalam memilih pasangan padahal secara suku, dia ini juga salah satu yang mengharuskan menikah dengan perempuan yang satu suku dengan dia. Tapi kenyataannya adalah pasangannya berbeda suku dengan dia dan menyebabkan teman saya dan mamanya berdebat terus. Akhirnya setelah satu jam kami membahas masalah ini. Teman saya mengakhiri dengan satu kesimpulan. 










Intinya adalah terlepas dari semua persyaratan saya dalam memilih pasangan hidup. Orang yang kelak akan menjadi pasangan kami masing-masing adalah orang yang tidak akan bosan kami lihat setiap pagi saat bangun tidur. Karena kita menikah hanya dengan satu orang, jadi pilihlah orang yang saat kau bangun pagi kau tidak akan bosan memandang wajahnya selama bertahun-tahun pernikahanmu. Bayangkan kalau kau menemukan seseorang yang sesuai dengan persyaratanmu tapi kau segera bosan melihat wajahnya setiap kali kau bangun tidur. Hahahaha! Jujur saja ini lucu sekali. Teman saya ini otaknya memang kadang suka tidak jelas tapi pernyataannya itu sepertinya ada benarnya. Saya sepertinya harus menambahkan kriteria itu dalam daftar pencarian pasangan hidup saya. :D