Thank you 2013

Well, i wanna say thank you 2013. Terimakasih karena sudah memberikan semua kenangan yang manis, yang pahit, yang menyakitkan dan yang menggembirakan. Aku bersyukur kepada Tuhan karena sepanjang tahun ini aku masih terus merasakan penyertaannya. Aku bersyukur kalau aku bisa bertahan dan menjalani semuanya bersama dengan Tuhan. 

2013, mengajarkanku untuk tidak putus asa dalam perjuangan menulis tugas akhir. 2013, memberikan kenangan paling manis tentang seorang pria yang sangat kusukai. 2013, membuatku banyak berdoa untuk keluargaku. 2013, memberikanku kebahagiaan saat aku akhirnya lulus sebagai master. 2013, memberikan kenangan manis akan perjalanan yang kulalui dengan teman2 kuliahku. 2013, memperlihatkan kenyataan yg tak seindah mimpi, bahwa orang yg kusukai mungkin saja menyukai orang lain. Dan kini di penghujung tahun 2013 ini, aku bersyukur karena ada banyak kejadian yang dapat dijadikan pelajaran dan dapat selamanya tersimpan dalam kenangan.

Aku berharap agar di tahun yang akan datang aku dapat kembali menemukan seseorang yang mengasihiku. :)

Desember Again

Bulan Desember sudah tiba lagi. Siapa yang menyangka kalau di bulan yang akan segera berakhir ini ada banyak peristiwa yang menyakitkan. Aku menamainya Desember kelabu. Begitu sendu dan membuatku rindu. 

Saat November berakhir dan Desember memulai perjalanannya, aku mengetahui bahwa orang yang kusukai, mentraktir perempuan yang (entahlah, mungkin perempuan yang dia sukai selama ini) tepat di hari ulang tahun perempuan itu. Temanku menceritakan peristiwa tersebut dengan perasaan tidak percaya. Akupun tidak percaya mendengarnya. Kupikir selama ini aku dan dia memiliki perasaan yang sama dan kami hanya tidak dapat saling mengungkapkan perasaan kami karena terhalang gengsi dan harga diri (prinsip murahan yg kami bentuk di otak kami).

Saat Desember memasuki minggu kedua, aku kehilangan adik sepupuku. Adik yang bersama mengisi masa2 kecilku. Kaisar Siregar. Seorang adik yang membuat bangga keluarga. Kaisar Siregar telah pergi untuk selamanya bersamaan dengan guyuran hujan. Kepergian adikku membuatku melupakan sejenak mengenai rasa sedih karena memikirkan perasaanku yang akan lagi-lagi bertepuk sebelah tangan. Aku bersedih kali ini bukan untuk diriku tapi untuk keluarga yang ditinggalkan oleh adikku.

Saat Desember memasuki minggu ketiga, aku harus mengikhlaskan kisah cintaku. Mengikhlaskan cinta yang baru kumulai tiga tahun terakhir ini. Cinta yang bahkan belum tumbuh dan belum mekar. Aku berusaha untuk tabah, tapi aku tetap merasakan tusukan ribuan jarum di tubuhku. Di hatiku terutama. Aku tak bisa mengabaikan rasa sakit ini. Sekeras apapun aku berusaha, aku tetap merasakan sakitnya. 

Sebentar lagi Desember akan memasuki minggu terakhir dan entah apa yang akan kualami. Aku berharap kisah ini tidak berhenti disini. Jika berhenti, aku berharap kelak aku akan mengalami perasaan jatuh cinta lagi. Dan mungkin lain kali aku akan lebih berani menyatakan isi hati. Bahkan setelah aku berkata bahwa aku ingin mencoba mengikhlaskan dirinya jika dia menyukai perempuan lain, jauh di dalam lubuk hatiku, aku masih berharap bahwa aku masih memiliki kesempatan untuk setidaknya mengutarakan perasaanku kepadanya. 

Akankah aku mendapati bulan Desember yang dipenuhi dengan keceriaan cinta?