Resah

Aku memimpikanmu, lagi.
kali ini dalam mimpiku, kita begitu dekat. Saling mengasihi dan saling menjaga satu dengan yang lain. 
Apakah ini karena pengaruh alam bawah sadarku lagi yang merindukanmu? 
Ataukah karena satu minggu yang lalu dirimu begitu memperhatikanku? 
Sebentar saja rasanya kau menjauh dariku, lalu tanpa aku sadari kau sudah berada kembali di dekatku. Memperhatikanku.
Sejujurnya, aku juga memperhatikanmu. Sangat. Aku tahu bahwa ada seorang perempuan yang rela mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mendekatimu (dalam pandanganku). Perempuan itu terus menerus berkomentar pada setiap status yg kau tuliskan di media sosialmu. 
Aku cemburu. Aku kesal. Perempuan itu berani melakukan apa yang tidak berani aku lakukan.
Aku ingin menamparnya. Sangat ingin. Tapi tindakan itu tidak mencerminkan sikap seorang perempuan sejati (lagi-lagi menurut pandanganku).
Hei, apakah kau akan marah jika aku berusaha mendekatkan diriku kepadamu? Akankah kau berpikir bahwa sikap perempuan yang tak segan2 mendekatkan diri kepada laki2 merupakan sikap yang terlihat murahan?
Atau haruskah aku bersikap seperti itu agar kau menyadari perasaanku? Tapi lagi-lagi aku tak bisa? Ya. Egoku tak mau melakukannya. Harga diriku menghalangiku. Aku kesal denganmu. Tak bisakah kita sama-sama melepaskan harga diri itu dan saling mengakui perasaan ini satu sama lain? 


Putus Asa

Sudah berapa lama aku tidak menuliskan sesuatu disini? Mungkin sudah satu atau dua bulan? Setidaknya kali ini aku akan menuliskan sesuatu. Apa saja. 

Hari-hari penuh harapan sudah mulai pudar dan rasanya keputus asa an mulai menyelimuti hati dan pikiranku. Sudah dua bulan lebih aku mencari pekerjaan, namun belum mendapatkan juga.

Mencari pekerjaan memang bukanlah suatu hal yg mudah, butuh usaha yg keras dan kemauan agar meskipun ditolak berkali-kali tetap bangkit dan mulai mencari sampai mendapatkan pekerjaan yg sesuai.

Tapi rasa putus asa yg meliputiku bukan sekedar itu. Ada sesuatu yang lain yg membuatku terjerumus dalam lembah nista keputus-asa-an. 

Kalian ingat kisahku yg penuh harapan sebelum ini? ya semoga kalian ingat.
Kisah tiga episode yang aku rangkum dalam satu tulisan. Masa-masa bahagia dengan kupu-kupu yang beterbangan di dalam dada dan perut ini. Masa-masa yg sudah berakhir.

Semua yang membaca tulisanku ini pasti berpikir kalau aku ini gila. Tentu saja, siapa yg tidak merasa aku gila? Terperangkap dalam harapan dan keputus-asa-an yg berulang-ulang hanya karena memiliki perasaan cinta yang bertepuk sebelah tangan kepada satu orang. Tapi kurasa mengalami kegilaan seperti ini tidak buruk juga. Hidup memang sebuah pusaran kegilaan. Sebuah rollercoaster yg membawamu naik ke puncak kebahagiaan dan menjatuhkanmu ke lembah keputus-asa-an. Well done.

Saat kalian membaca ini, aku sedang dalam lembah keputus-asa-an. Suram dan gelap, tidak ada sinar sedikitpun. Aku meraba-raba namun tidak menemukan sesuatu yg dapat membuatku bersandar barang sejenak. 

Dia. Baiklah, dia dan orangtuanya atau mungkin sikap orangtuanya-lah yg membuatku terdampar di keputus-asa-an. 

Bagaimana sebaiknya aku menceritakan ini tanpa menyakiti pihak-pihak yg terkait karena aku memang tidak ingin menyakiti hati mereka. Mungkin sebaiknya tidak kuceritakan namun ini sebuah pengalaman yang menarik, walaupun suram.

Baiklah, mari kita berandai-andai disini. 
Saat kau menyukai seseorang, apakah kau berharap keluarganya juga menyukaimu? 
Saat keluarga seseorang yg kau sukai menyukaimu, walaupun org yg kau sukai itu tdk menyukaimu, apakah kau senang?
Saat kau dekat dan diperhatikan oleh keluarga dari org yg kau sukai (walaupun konteksnya cintamu bertepuk sebelah tangan) apa kau senang?
Jika semua pertanyaan tersebut kau jawab dengan kata YA, maka :

Saat keluarganya itu tiba-tiba tidak lagi menyapamu dan mengajakmu bercakap-cakap, apa reaksimu? apakah kau kecewa dan sedikit terluka?
Saat kau tau alasan keluarganya tidak mau lagi bercakap-cakap denganmu karena mereka menemukan seorang gadis yg mereka rasa lebih baik darimu untuk menjadi kekasih anaknya, apa reaksimu? apakah kau kecewa dan terluka? 
Dan anggaplah, selama ini kau menerima kebaikan mereka secara tulus, dengan maksud, walaupun kau menyukai org itu sebelah tangan namun saat keluarganya baik padamu, kau tidak mencari keuntungan dri kedekatanmu itu untuk mendekati org yg kau sukai?
Jadi saat kau tahu kau disisihkan hanya krn gadis lain yg kau tau tidak lebih baik darimu (mungkin) dalam sikapnya, apakah kau merasa baik2 saja?

Fuuh.. mungkin tulisan ini hanya sebuah tulisan impulsif yg tidak berpikir panjang, hanya saja yg menjadi pertanyaan di benakku : Apa org yg kusukai sebelah tangan ini tahu, bahwa orangtuanya ingin menjodohkannya? (mungkin)
atau seandainya ia tahu, apa dia tak pernah berpikir untuk mengutarakan perasaan dan isi hatinya kepada orgtuanya? 

Maksudku, ayolah. Ini tahun 2013, apa masih ada kisah menyedihkan Siti Nurbaya yg harus dialami anak muda dimasa ini? Apa anak ini tidak bisa menentukan perasaan dan memilih pasangannya sendiri? 

Ah, bodoh sekali.

Lalu yg membuatku putus asa adalah tindakan anak itu sendiri. Apa dia benar2 melakukan semuanya karena suruhan orangtuanya? atau memang berasal dri hatinya sendiri? Kasihan bukan, anak itu dan gadis yg dipilihkan orangtuanya? 

Dan aku. Bukan berarti aku mengasihani diriku sendiri, hanya saja lagi-lagi aku harus mundur secara teratur karena seorang perempuan tidak akan main kasar / memperebutkan satu pria bukan?  Lagipula, kasihan sekali harus melakukan perebutan jika hati pria itu jg tdk menyukaiku..? Hanya saja, benar-benar mengesalkan melihat semua ini terjadi di depan mataku sendiri. 

Baiklah. Sudahi saja omong kosong ini, karena besok kehidupan bisa saja menjadi lebih baik. Tanpa dia atau dengan dia didalamnya. 

cheers..