29 Juli 2014

Sebetulnya daripada jalan bertiga, aku lebih ingin jalan berdua.
Sejujurnya daripada ke mall, aku lebih suka menghabiskan waktu di alam terbuka.
Seperti tahun lalu.
Entahlah, mungkin kau sudah melupakannya.
Mungkin kau hanya menganggap semua kenangan sekedar angin lalu.
Tapi untukku semua kisah denganmu itu berharga.
Yang akan selalu kusimpan dalam kotak harta.

Pikiranku yang paling liar adalah berharap kau mengunjungiku di hari ulangtahunku.
Bukan menghabiskan waktu dengan merenung sendirian, aku ingin menghabiskan hariku besok denganmu.
Walau kita tidak bisa bercakap-cakap dengan normal jika hanya berdua, tapi aku tetap ingin menghabiskan waktu berdua denganmu.
Pikiranku yang paling liar adalah berharap kau datang ke rumahku, membawa sesuatu. 
Entahlah, apapun yang akan kau bawa akan kuterima.
Sejujurnya, aku ingin menghabiskan waktu denganmu, menonton berbagai jenis film dan mengomentarinya bersama denganmu.
Aku ingin mentraktirmu makan di tempat yang paling enak, walau itu bukan Basara. 
Hehe...
Aku ingin membayangkan masa depan bersamamu, walau jalan kita nanti terpisah-pisah tapi aku tetap berharap kau akan ingat untuk meneleponku di masa depan, walau hanya sekedar bertanya kabar.
Keinginanku denganmu sangat banyak, padahal aku tahu kau tidak bisa melakukannya semua untukku. Kau tidak akan melakukannya untukku.

Aku suka mencium harum badanmu. Ada bau unik yang aku dapat mengenalinya.
Bukan bau mobilmu, bukan. Aku hanya mengatakan itu untuk mengelabui seseorang.
Kau wangi sabun. Wangi yang setiap aku hirup terasa menyegarkan.
Entahlah, mungkin aku gila.
Seandainya, tahun lalu kau tidak datang ke wisudaku, kira-kira apa sekarang aku masih memiliki perasaan ini?
Aku sudah mengarang seribu alasan dibenakku. Alasan mengapa kau datang seorang diri ke wisudaku. Menungguiku sepanjang hari. Jawabannya tetap kosong. Kenapa kau datang? Apa aku sosok yang berarti untukmu? 

Kalau saat menulis ini aku menangis, itu salahmu, kau tahu?
Siapa yang menyuruhmu untuk selalu berbuat baik padaku? 
Siapa yang menyuruhmu membuat banyak kenangan denganku?
Kenapa kau menuliskan mengenai aku di blogmu?
Kenapa tindakanmu membuat aku besar kepala?
Kenapa aku tidak mampu berjalan menjauh darimu?
Kau tidak suka aku ada dimasa depanmu kan?
Yang paling penting bagimu hanya karir, sekolah dan hobimu kan?
Kau tidak memerlukan keberadaanku kan?


Hidup kita

Hari ini benar2 tidak terduga.
Sejujurnya kalau boleh aku ingin bilang kalau apa yang kau lakukan hari ini adalah sebuah tindakan yang sangat manis jauh lebih manis daripada saat kau melakukannya untuk diriku.
Hari ini hujan dan aku tertidur pulas di siang hari.
Siapa yang menyangka kalau dirimu bersedia mengantarkan ibuku sampai ke rumah. 
Saat aku dengar bahwa kau tidak terpaksa mengantarkannya pulang, aku sangat bahagia. 
Jauh lebih bahagia daripada saat dirimu mengantarkanku pulang.
Aku minta maaf jika tadi saat aku bangun tidur, aku bilang kalau aku tidak mau bertemu denganmu.
Hanya saja aku baru bangun tidur dan mukaku pasti sangat aneh. Aku minta maaf jika itu menyakiti hatimu.
Lalu saat kau, aku dan edu menghabiskan waktu bercerita mengenai kehidupan, mengenai masa depan, mengenai prioritas diri kita masing2, aku juga senang.
Aku tahu prioritas hidupmu berbeda dan tidak ada yang memaksamu untuk membuatnya menjadi sama dengan orang lain, hanya saja ceramah yang aku dan kau dengar dari edu benar2 ceramah yang  bijaksana, bukan begitu?
Aku berharap kau menaruh Tuhan dan orangtuamu di dalam prioritas hidupmu. Tidak usah memikirkan pernikahan terlebih dahulu hanya saja pikirkanlah mengenai tanggungjawabmu sebagai anak kepada orangtuamu, karena itu hal yang paling akan aku kagumi darimu.
Karir, sekolah dan hobimu boleh kau kejar, pernikahan boleh kau tinggalkan sejenak, namun aku berharap agar Tuhan dan orangtuamu tidak kau lalaikan. 
Aku berharap yang terbaik untuk kehidupanmu. Aku berharap dirimu selalu diberkati dan dapat menjadi berkat bagi orang lain.
Perihal sikap menolongmu yang hanya ingin menolong orang yang memiliki keinginan untuk menolong dirinya terlebih dahulu sebelum mendapatkan pertolongan orang lain itu memang ada baiknya, tapi kau juga jangan lupa bahwa orang yang memerlukan pertolongan pada umumnya adalah orang yang sudah tidak dapat menolong dirinya lagi. 
Orang yang benar2 sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk menolong dirinya sendiri, karena orang2 yang masih bisa menolong dirinya sendiri biasanya tidak akan meminta pertolongan orang lain, bukan? 
Dan seandainya kau dirugikan karena telah berbuat kebaikan dengan menolong orang lain dan orang lain mengambil keuntungan atasmu, maka percayalah bahwa berkat Tuhan yang jauh lebih banyak dari yang kau berikan kepada orang yang mengambil keuntungan darimu telah dipersiapkan Tuhan bagimu. Percayalah bahwa setiap kebaikanmu walau itu disalahgunakan orang tidak akan pernah berbalik untuk menyakiti dirimu. 
Aku berdoa agar kau selalu berhasil dalam apa yang kau rencakan bagi hidupmu. Sekolahmu, karirmu, masa depanmu, aku akan berdoa yang terbaik bagimu. 
Aku juga tidak pandai mengucapkan ini semua di depanmu. Namun, jika suatu hari nanti kau membacanya, maka aku berharap kau tidak menyesal dalam semua keputusan yang telah kau ambil. 

Satu tahun, kenangan dan rindu

Aku tak tahu apa yang ingin aku sampaikan disini?
Jarak diantara kami semakin terbentang.
Tak dapatkah kembali seperti dulu?
Aku ingin berbincang denganmu.
Tak bisakah kau menawarkan ajakan hanya kepadaku?
Aku ingin pergi berdua saja denganmu.
Tak bisakah hal ini menjadi sebuah kenyataan?
Jika tidak dapat bertemu denganmu di kenyataan, maka mampirlah ke mimpiku.
Aku merindukan sosokmu.
Aku merindukan rasa nyaman berada didekatmu.
Aku merindukan getaran yang terpancar darimu.
Aku merindukan gerakan gelisahmu.
Aku merindukan suara-suara anehmu.
Aku merindukan senyuman samar yang terkadang muncul di wajahmu.
Aku merindukan getaran bahumu saat kau tertawa dengan tidak terdengar.
Aku merindukan semua kebersamaan yang kita lalui setahun ini.
Tak terasa sebentar lagi tanggal 28 Juli.
Mungkin kau tak ingat tapi itu pertama kalinya kita pulang bersama.
Pertama kalinya kau mengantarku sampai rumah.
Pertama kalinya kau dan aku membicarakan banyak hal.
Pertama kalinya aku mengeluarkan keberanianku.
Aku merindukanmu. Begitu merindukanmu sampai rasanya semua hariku terasa hampa.