April

April...

Coba kuingat. Seberapa banyak judul film yang aku tahu menggunakan kata April.

1. April Fool
2. Enchanted April
3. April's Shower
4. April Snow
5. Your Lie in April

Sepertinya masih banyak lagi, tapi aku tidak bisa menuliskan semuanya.

Haruskah aku menambahkan satu judul lagi? 

Ada apa di bulan April?

Ada apa? Itu sebuah pertanyaan yang berulang-ulang muncul dibenakku. 

Ada apa? 

Kenapa?


Aku harus bagaimana?



Lalu bagi yang ingin tahu kenapa? Aku tidak ingin menceritakannya.


Mungkin saja ini suatu kesalahan.
Bisa jadi aku sedang dalam suatu kesalahpahaman.



Bisa jadi... aku delusi sesaat.









Febuary

Kisah ini adalah milik bulan Febuari. Walaupun sekarang ia sudah berlalu.


Bulan Febuari adalah bulan kesedihan.
Tidak ada hari kulalui tanpa melihat langit menangis.

Subuh ke pagi, pagi ke siang, siang ke sore, sore ke malam, malam kembali lagi ke subuh. Dalam waktu yang berbeda-beda ia terus menangis.


Di saat kupikir kondisinya baik-baik saja, dia mulai menjadi gelap, kilat mulai merobek awan dan langit pun mulai menangis. 

Langit, mengapa kau harus selalu sendu dan sedih? Tak tahukah kau kalau aku turut merasakan kesedihanmu?


Tidak ada yang akan mempercayai, kalau seorang AKU dapat menangis tersedu-sedu dihadapannya.


Kejadian itu terjadi pada suatu hari yang cerah. Awan berwarna putih seperti habis dicuci, langit pun sedang tersenyum kepadaku, jadi aku balas tersenyum kepadanya.


Aku duduk dalam ruangan bernuansa krem dan merah. Menghadap sebuah layar monitor yang kecil lalu menatap layar monitor besar dikejauhan. 


Aku sibuk mendengarkan dan mencatat pelajaran hari itu. Sampai ada sebuah pertanyaan terlontar dari pembicara. "Apakah kamu sudah benar-benar mengampuni orang yang menyakiti hatimu?"


Lalu aku melirik ke arahnya dan...









... (perasaan sakit apa ini menusuk dan merobek hatiku) pikirku.




Apakah aku belum memaafkannya? Setelah sekian lama hal itu berlalu.




Lalu aku mulai menangis. 
Seperti langit diluar sana juga menangis.
Aku mulai tersedu-sedu. 
Menundukkan kepalaku dan membiarkan butiran-butiran hangat membasahi pipiku.


Tanpa menyadari kalau dia sedang menatapku dengan tatapan heran dan tak percaya.



Aku tak tahu jika ia menatapku. Aku tak tahu jika ia memperhatikanku.


Temanku yang mengatakannya. Temanku berkata dirinya tampak terkejut melihatku menangis.




Maaf, tapi langitpun menangis dan aku tidak terkejut dengan kejadian itu.
Aku juga ingin menangis bebas seperti langit. Tanpa kenal waktu dan tempat. Aku ingin bisa menumpahkan isi hati dan kepenatan hidupku seperti langit.


Tangisanku membuat perasaanku yang gelap menjadi putih bersih seperti awan yang habis dicuci. 



Terimakasih, langit.






Januari

Januari.


Bulan pertama. Bulan awal. Bulan yang tepat untuk membuka atau menjalani sesuatu yang baru. Bulan yang sesuai untuk melangkah maju dan tidak lagi berdiri memandang masa lalu.


Bulan yang seharusnya menjadi titik balik bagi seseorang. Bulan yang seharusnya dipenuhi oleh harapan dan ide-ide baru.


Aku juga berharap bahwa Januari akan membawaku ke titik itu. Sebuah awal yang baru yang akan kujalani, kali ini dengan tekad bahwa semua akan baik-baik saja tanpa dirimu. 


Harapan dan kenyataan memang sering tidak sejalan. Sepertinya mereka pernah bermusuhan di masa lalu, sehingga sampai sekarang pun mereka masih belum bisa saling memaafkan apalagi menjadi sejalan. 


Begitulah awal tahun baruku di 2017. 

Harapan : aku bisa melalui tahun baru ini dengan lembaran baru tanpa bersinggungan dengannya.


Kenyataan : baru beberapa hari menjalani  hari-hari indah di tahun baru ini, aku sudah menghabiskan lebih dari satu hari bersamanya. 


Jadi bagaimana hari-hariku kedepan? Aku ingin merasakan awal yang baru. Harapan yang baru, kenyataan yang baru. Tanpa dirinya. 



Semoga Febuari akan memberikan jawabannya. 












Hi 2017

Hi 2017, 

Nice to meet you~ 
Be nice and good to me...


Well, even you're not i still have my God. 
He will guide me and walk with me in this 2017. 



Cheers, 

End of 2016

I've been thinking lately, 2016 is a best year in my life. 

Full of love, laugh, hope and blessing~ 
Good K-Dramas, Nice weather, Delicious food, Lovely friends, co-worker and boss, and overall i love this year because...






God is good, all the time~ ❤️

Summer

Almost three months i don't write in here~ it's been a while and many things happened!

Now, i'm going back to the start, looking for a job~ still not easy, but i'll get a job... Soon.. I hope..

Summer has a special magic to made someone become close again, i think~ 
After months not talking, he contact me again. 

By whatsapp. Sent me photos and talk a bit~ such a small movement and i go back again to the start~ start think about him again~ fool! 

And then summer almost over~ and i hope this feeling also over~  

Akhir-akhir ini...

Akhir-akhir ini aku memikirkanmu.

Akhir-akhir ini aku merindukanmu.

Akhir-akhir ini aku menginginkanmu.

Akhir-akhir ini aku...


...





...





...





Aku mengecek akun Instagram-mu, Facebook-mu, Twitter-mu, Blog-mu, dan semua yang berkaitan denganmu.







Seandainya orang lain tau, mereka berpikir aku pasti sudah gila. 


Walaupun belum sampai taraf gila namun aku merasa bahwa ada saat dimana aku benar-benar ingin bersamamu. Seperti akhir-akhir ini. 





Dan harus kuakui pula bahwa setiap aku melihatmu aku tak terlalu mengharapkanmu dihidupku. 





Sepertinya akhir-akhir ini aku kesepian. Karenanya aku memikirkanmu, merindukanmu dan menginginkanmu. Seorang yang kesepian tentu bisa melakukan hal-hal yang konyol, bukan? 

Orang Yang Sama Untuk Selamanya

Ya Suatu hari.. Suatu malam lebih tepatnya. Sekitar jam 12 malam, saya makan malam sama teman. Teman saya ini spesial, karena kita sudah berteman selama bertahun-tahun. Jadi dimulailah obrolan ringan yang lama-lama jadi berat karena topiknya mengenai pasangan hidup.
Saya yang perempuan dan teman saya yang laki-laki sudah jelas kami beda pendapat mengenai orang yang seperti apa yang tepat untuk dijadikan pasangan hidup. Versi saya adalah satu, laki-laki itu harus takut akan Tuhan dan memiliki pribadi yang mau dibentuk sesuai dengan karakter-Nya Tuhan. Dua, laki-laki  ini harus satu suku (bukannya saya rasis tapi ini lebih ke arah permintaan orangtua). Tiga, laki-laki ini tidak lagi ikut adat istiadat (maksudnya kalau mengadakan pesta pernikahan ya tanpa embel-embel adat gitu/ secara modern saja. Kalau syarat ini selain dari orangtua, say sendiri juga setuju karena agak ribet saja kalau pakai adat itu). Empat, laki-laki ini harus berwawasan luas (maksudnya jangan sempit pemikirannya, ini tahun 2016, laki-laki dan perempuan sudah bisa saling berbagi tugas dalam mengurus rumah tangga alias laki-laki ini harus mau donk bantu-bantu istrinya).
Kalau versi teman saya adalah satu, takut Tuhan sudah pasti tapi yang kedua ketiga keempatnya gak ada. Dia tidak mengharuskan pasangannya harus yang satu suku atau pakai adat atau tidak. Teman saya ini lebih santai dalam memilih pasangan padahal secara suku, dia ini juga salah satu yang mengharuskan menikah dengan perempuan yang satu suku dengan dia. Tapi kenyataannya adalah pasangannya berbeda suku dengan dia dan menyebabkan teman saya dan mamanya berdebat terus. Akhirnya setelah satu jam kami membahas masalah ini. Teman saya mengakhiri dengan satu kesimpulan. 










Intinya adalah terlepas dari semua persyaratan saya dalam memilih pasangan hidup. Orang yang kelak akan menjadi pasangan kami masing-masing adalah orang yang tidak akan bosan kami lihat setiap pagi saat bangun tidur. Karena kita menikah hanya dengan satu orang, jadi pilihlah orang yang saat kau bangun pagi kau tidak akan bosan memandang wajahnya selama bertahun-tahun pernikahanmu. Bayangkan kalau kau menemukan seseorang yang sesuai dengan persyaratanmu tapi kau segera bosan melihat wajahnya setiap kali kau bangun tidur. Hahahaha! Jujur saja ini lucu sekali. Teman saya ini otaknya memang kadang suka tidak jelas tapi pernyataannya itu sepertinya ada benarnya. Saya sepertinya harus menambahkan kriteria itu dalam daftar pencarian pasangan hidup saya. :D 

Mencoba sesuatu yang baru

Jadi setelah lama berlalu, saya mencoba untuk melihat sekeliling saya dengan sebuah sudut pandang yang baru. Masih ada dia diantara semua yang saya rasa baru. Masih ada rasa yang dulu pernah ada. Hhahaha.... lucu memang tapi semua itu lama kelamaan menjadi susatu yang berharga buat saya. 

Beberapa waktu belakangan ini saya mengenang kembali cerita antara aku dan dia, membuka kembali foto-foto yang pernah ada dan merasa semua itu benar-benar sudah berlalu. 

Akhir-akhir ini saya memulai sedikit interaksi lagi dengannya, berharap bahwa waktu berhasil dalam mengubah dan membentuk pribadi seseorang, namun kenyataannya dia masih tetap sama dan itu sedikit membuatku kecewa. 

Ah seandainya dia bisa berubah.... mungkin sesuatu yang baru bisa terjadi... 





Lagi-lagi ini hanya sekedar harapan belaka.

5 month later

Jadi setelah kena PHP sayanya sih udah pasrah saja...
Manusianya juga sepertinya tidak menunjukkan keinginan untuk berteman lagi
Walaupun sebenarnya agak kesian juga ngeliat dianya
Kok sepertinya balik lagi ke perilaku yang aneh seperti sebelum bergaul dengan kita-kita
Kok sepertinya malah makin parah dari yang sebelumnya...
Maaf deh.. Tapi kalau kamunya niat sih kamu aja yang bergerak ke aku...
Saya mah bisa apa atuh kalau kamunya cuma disitu-situ doank... 


And the answer is...

No!!! The answer is NO!
Maksud saya sudah cukuplah ya 3 kali di PHP-in. 
Sudah tjukuplah yaaaaaa gaes..

Kemarin, fix, saya bener-bener kecewa sih sama dia. 
Yah, kalau emang gak mau ya alasanlah.. Minta maaf krn gak bisa kek, bilang tiba-tiba ada janji kek, bilang males nonton kek, apa kek. 
Ada banyak jalan menuju Roma, mas. 
Gak musti kayak gitu jugalah.

Payah sih sayanya.
Sekalinya dia baik bisa langsung berbunga-bunga.
Tapi kayaknya kali ini udah bener sih jalannya.
Mending dicari saja yang baru.
Yukkk mariii....

Yes or No?

Jadi beginilah kisahku akhir-akhir ini.
Pertama, dia terlalu baik akhir-akhir ini. 
Dia mengantar ku pulang hampir setiap kali kami pergi bersama.
Dia menaruh fotoku di soc-med-nya. 
Dia mau mentraktirku hanya karena aku minta dia untuk mentraktirku krn foto itu.
Dia menjemputku di mall, mengantarkanku ke suatu tempat dan mengantarku kembali ke rumah. 
Lalu aku bertemu dengan sahabatku, menceritakan kepada temanku ini semua tentang dia.
Lalu temanku menanyakan kepadaku : "Kalau misalnya benar bahwa dia menyukaimu, ingin memulai sebuah hubungan denganmu. Apa jawabmu? Yes or No?" 
Temanku bilang, as simple as that! Bagaimana ke depannya itu tergantung jawabanku saat ini. 
So, what should i answer? Yes? No? 
The truth is i'm scare. As a simple like that, i'm freakin' scare. 
Bagaimana jika dia hanya menganggapku teman tidak lebih dan tidak kurang. 
Bagaimana kalau pengandaian itu terlalu jauh.
Bagaimana... Bagaimana... Bagaimana???? 
Arghhhhh!!!! 


5 months

Saya pasti sudah ngaco! 
Kalau saya menulis lagi perihal dia disini setelah lima bulan lebih memilih untuk menjauhkannya, maka jelas saya pasti sudah dikacaukan kembali olehnya.
Tidak ada orang yang akan kembali ke penderitaan atau sakit hati atau kekecewaan yang sama jika orang itu tidak lagi mengharapkan mujizat terjadi. 
Namun, disinilah saya. Masih menceritakan orang yang sama. Masih menginginkan orang yang sama dan masih berharap akan mujizat.

Lima bulan! LIMA BULAN!!!
Kenapaaa?! 
Kenapa aku masih menuliskannya dan mengharap sesuatu terjadi.
Dari mana aku harus menuliskannya?
Setelah semua kekesalan dan ketidaksukaanku kepadanya waktu itu, kapan aku kembali memaafkan semua perbuatannya? 
Kapan?
Aku menghabiskan 25 Desember-ku bersama dia *tentu saja bersama yang lain, tapi ada dia.
Aku menghabiskan 1 Januari-ku juga bersama dia *dan yang lain.
Lalu selesai. 

Febuari berlalu begitu saja... Bahkan ucapan selamat ulang tahunku untuknya dibalas dengan cara paling menyebalkan! 
Lalu Maret. 
Nah, kenapa? 
Kenapa dia tiba-tiba jadi mau mengantarkanku pulang?
Kenapa tiba-tiba jadi baik? Lagiii?
Kenapa <{>~€>{%[><|%]%[*¥¥!!! Arghhh!!!
Cukup!!! 

Hari Terakhir di bulan ke-10

Cepet benget... tetiba sudah akhir Oktober. 
Yah, begitulah perjalanan sang waktu, tidak akan menunggu siapapun.
Manusia yang tidak siap akan ditinggalkan begitu saja dalam penyesalan oleh sang waktu.

Bulan berikut, saya akan menuliskan mengenai review buku atau film atau drama yang sudah saya tonton dan berharap kalian yang membaca dapat menikmatinya. Sedikit intermezzo, setelah editan blog Alur lain dari Rurouni Kenshin yang seharusnya upload September jadi ke-upload ulang di Oktober ini, yaa sekalian saja nanti dibahas mengenai akhir dari film trilogi itu. Review film RK ini akan menjadi tulisan pembuka blog ini di bulan November.  Tapi kesampingkan dulu Rurouni Kenshin beserta review ataupun spoilernya karena ada satu hal yang penting untuk ditulis disini.

Pertama adalah selama satu bulan ini saya tidak lagi memusingkan dirinya. Benar-benar bersyukur untuk yang satu ini. Awalnya tentu semua berjalan berat dan tidak mengenakkan hati. Dapat dibilang sampai sekarangpun, hati ini belum sepenuhnya normal dari ketidakhadirannya. Tapi, setidaknya sebulan ini, saya tau bahwa saya baik-baik saja tanpa kehadirannya dan ini sungguh melegakan.
Pada akhirnya saya bisa menerima kenyataan. Tentu saja, kalau tidak saya pasti terdiagnosis menderita gangguan psikosis seandainya saya masih berharap tanpa dasar yang jelas kepada pria itu. 

Kedua adalah selama satu bulan ini saya dapat menjaga jarak aman dengannya. Setidaknya saya tidak melakukan satu percakapan khusus dengannya sampai saya terpaksa tidak dapat melupakan isi pembicaraan tersebut dan membiarkan khayalan saya menjadi tidak terkendali, dengan menyatakan bahwa dalam percakapan tersebut dia menyukai saya (kurang lebih seperti itu).

Ketiga adalah selama satu bulan ini saya disibukan dengan rupa-rupa aktivitas yang walau masih berinteraksi dengannya namun tidak dalam artian dekat. Cukup aman karena aktivitas saya dan dia walau sama memiliki fungsi yang berbeda atau setidaknya peranan kami tidak mengharuskan bertemu dan berbicara.

Keempat adalah saya berharap setelah sebulan ini melakukan hal-hal tanpa dirinya dan 95% sukses melaluinya, hal ini dapat berlanjut seterusnya ke depan. Berharap untuk bisa menemukan seseorang yang lebih cocok untuk saya dan begitu pula saya cocok dengan orang tersebut. Semiga hal ini tidak memakan waktu yang lama.

Begitulah perjalanan kehidupan sebulan ini. Agak membosankan tanpa kehadirannya, bukan? 


Bulan ke-10

Sudah memasuki bulan yang kesepuluh ditahun 2014 ini. Walaupun tidak ada yang ingin kutuliskan mengenai dirinya atau mengenai diriku, aku tetap menulis agar blog ini tetap memiliki tulisan di bulan Oktober. 

Aku masih berusaha menyelesaikan novelku. Akhir ceritanya masih belum terpikirkan olehku. 
Aku masih terus menjaga hubungan pertemananku dengan seseorang yang berada di luar kota. Aku berharap dia baik-baik saja. 
Aku masih kesal dengan orang yang tidak tahu malu itu. Aku memutuskan untuk menjauh darinya. Tidak akan ada lagi kegiatan yang akan melibatkannya. Aku benar-benar akan menjauhinya. Semua itu cuma sekedar mimpi. Saatnya untuk berhadapan dengan kenyataan dan ternyata kenyataan ini tidak semenakutkan yang aku bayangkan selama ini. Aku tanpa si manusia kurang sosialisasi itu masih dalam keadaan baik-baik saja. Ya hatiku memang sedikit kering tapi secara keseluruhan aku baik.
Kurang lebih begitu.



Alur lain dari Rurouni Kenshin

Rurouni Kenshin atau yang sebagian orang mengenalnya dengan sebutan Samurai X. 
Anime ini menemani saya di usia belasan tahun, membuat saya tergila-gila akan Jepang. Selain itu anime ini mendekatkan saya dengan seseorang. Seorang kenangan masa lalu, bagian dari masa-masa cinta pertama (mungkin), bagian dari kehidupanku, bahkan sampai sekarang nampaknya Rurouni Kenshin masih mendekatkan kami. Orang itu orang yang selalu penuh kejutan. Hidupnya, pola pikirnya, sudut pandangnya selalu berhasil mengejutkanku. Kalau bersama dengan dia saya bisa memastikan bahwa hidup saya tidak akan pernah bosan. Saya dan dia bersahabat (mungkin) atau setidaknya hubungan kami adalah teman cerita yang akan membahas banyak hal. 

Jadi anime Rurouni Kenshin ini diangkat ke layar lebar sebagai film live action di tahun 2012, dan tahun ini (2014) kembali dilanjutkan dengan film live action ke-2 dan ke-3nya. Biasanya saya dan dia - atau mungkin saya akan memanggilnya botchan, hahaha - jadi biasanya saya dan botchan selalu membahas semua film atau drama yang telah kami tonton. Adakalanya saya dan botchan berbeda pendapat dan berdebat hanya karena hal sepele namun pada akhirnya saya dan botchan selalu menyudahi percakapan dengan tertawa. 

Kali ini botchan ada di kota lain. Kami tidak dapat menonton film ini di waktu yang bersamaan, karena kota dimana botchan tinggal tidak ada yang menyuplai film ini atau film ini belum masuk ke kota dimana botchan berada. Sebagai teman yang selalu menceritakan segalanya kepada botchan, saya tetap nekat menceritakan isi film lanjutan live action Rurouni Kenshin ini, tidak peduli apakah botchan akan marah atau tidak. Tapi saya kenal botchan, botchan tidak akan marah untuk sesuatu yang sepele, untuk hal ini saya mengakui bahwa secara kedewasaan mental saya berada di bawah botchan. 

Hari ini saya mengobrol lagi dengan botchan. Entah bagaimana percakapan kami selalu ngawur namun berujung dengan saling menasihati dan berbagi tawa. Setelah percakapan ngawur kesana kemari, botchan mengangkat topik mengenai film Rurouni Kenshin ini. Botchan bilang kalau dirinya belum sempat menonton film ini, lalu saya menceritakan bahwa untuk film ketiganya yang akan tayang bulan Oktober mendatang akan ada satu adegan yang sama sekali tidak muncul di anime ataupun di manga. Aku bilang bahwa dalam trailer film ketiganya ada bagian dimana Kenshin akan dijatuhi hukuman pemenggalan kepala oleh para petinggi dan ini sama sekali tidak masuk akal karena tidak ada di anime ataupun di manga. Saat sedang meluapkan kekesalan akan film ini, botchan tiba-tiba tertawa dan menuliskan bahwa jangan-jangan Kenshin itu akan dibunuh Kaoru karena ternyata dia selingkuh dengan Megumi. 

HAHAHAHA, mau tak mau tawaku meledak juga... Botchan memang ahli mengarang cerita dan kadang kami suka membuat alur-alur cerita yang tidak masuk akal dalam kehidupan kami atau orang-orang disekitar kami. Lalu kami akan tertawa bersama saat tahu bahwa alur karangan kami begitu konyol dan tak masuk akal.

Botchan juga menuliskan alur lainnya bahwa sebenarnya Yahiko adalah anak dari Kenshin dan Megumi. Hahahaha... Mau tidak mau aku harus ikut menuliskan alur karanganku. Aku menuliskan bahwa Kenshin sebenarnya mencintai Sanosuke (it's mean Kenshin is a gay) hahaha - dan hubungannya dengan Kaoru hanya untuk mempertahankan image laki-laki sejati saja. 
Botchan tertawa dengan alurku dan menambahkan bahwa sebenarnya yang lebih kocakh adalah Kenshin menyukai Sanosuke dan Saito menyukai Kenshin (semacam cinta segitiga antar lelaki) hahahahaha dan botchan mengakhiri dengan emoticon 🙀. HAHAHAHA... Ini benar2 alur cerita yang konyol. Namun, alur ini karangan botchan mampu membuatku melupakan kekesalanku akan film ketiga yang akan datang.


Begitulah botchan, dia selalu punya seribu satu cara untuk membuat orang tertawa dan aku salah satu yang menyukai sisi humornya. Humor botchan terkadang benar2 tidak masuk akal namun aku tetap merasa lucu. Entahlah, bagiku botchan adalah temanku saat ini, namun sepertinya ada perasaan spesial yang selalu kumiliki untuk botchan. Walaupun perasaan itu tidak akan membawaku lebih jauh dari seorang teman. Aku bisa berteman seperti ini terus dengan botchan saja sudah cukup bagiku. Hehehe... ✌️😆✌️

First Call

Ketika dirimu sudah sampai kepada sebuah kepastian bahwa dia tidak menyukaimu atau tidak tertarik kepadamu lebih dari sekedar teman, maka kau akan mengalami sebuah perasaan tertekan. Tertekan karena apa yang selama ini kau harapkan menjadi kenyataan berubah menjadi sesuatu yang melawanmu dan kau harus bisa menerimanya dengan sepenuh hati. Jadi inilah yang kualami beberapa hari terakhir sejak aku menuliskan blog terakhirku. Aku tertekan dengan berbagai perasaan dan kenyataan. Dan disaat diriku sedang tenggelam dalam ketidaknyamanan akan keberadaanmu dan sedang menata pikiranku bahwa kau tidaklah lebih dari seorang teman bagiku, kau selalu berhasil mencuri hatiku kembali.


Agustus yang lalu, aku berusaha mengabaikanmu sebisaku. Mengabaikanmu di whatsapp grup, mengabaikanmu di line, mengabaikan postingan path-mu, mengabaikan postingan FB ataupun twitter. Aku mencoba mengabaikanmu sebisaku, mengabaikanmu saat malam minggu, mengabaikanmu pada hari minggu, mengabaikanmu di jumat malam dan hari-hari lainnya aku menolak untuk memikirkanmu. Kenyataannya selama bukan Agustus aku bisa menerima hidupku tanpamu, tanpa kehadiranmu. Tapi mengapa kau tidak mengabaikanku juga? Mengapa kau justru semakin mendekat dengan cara-cara yang tidak bisa kupahami.


Aku bisa mengerti mengapa kau selama sebulan kemarin mengirimkan twitter atau komentar di postingan FB-ku, itu semata-mata kita membicarakan hal yang kita sukai yaitu, Rurouni Kenshin. Lalu aku membalas twitter dan komen FB-mu seminimal mungkin. Namun, kau bukannya justru memahami maksudku, kau malah semakin sering melakukan kegiatan di semua sosial yang berhubungan denganku. Kau menuliskan komen di postingan Lineku, kau memberikan muka "laugh" di postingan pathku, kau bahkan tidak keberatan dibujuk rayu oleh teman2 untuk datang bersama mereka dan  menjemputku ke rumah, Jumat malam kemarin. Untuk apa? Apa benar hanya untuk makan di kopitiam yang terletak di dekat rumahku? Kenapa kau tidak menyarankan kepada mereka untuk makan di sekitar lingkungan Jakarta Selatan saja? Mengapa kau mau menjemputku?


Aku memasukan kutipan ini ke path-ku.
         

Dan kau memberikan gambar seperti ini 😜 sebagai komentarmu. Apa kau tahu maksudku menaruh postingan ini? Aku ingin menjauhimu. Bukan karena aku membencimu, tapi karena alasan yang ketiga. Aku takut semakin jatuh hati kepadamu, kau tahu...?! Aku ingin maju, meneruskan hidupku, yang tidak ada dirimu di dalamnya, karena kau tidak ingin aku ada di dalam hidupmu. Aku tidak mau menangis lagi karenamu, bodohku yang selalu membuatku tersenyum.


Aku menyayangimu, itu hal yang mutlak. Kau tidak menyayangiku, itu juga sebuah hal yang mutlak. Aku tidak bisa mengubah hatimu, kalau kau tidak mengijinkan hatimu sendiri untuk berubah. Hey, tuan robotku tersayang, aku ini hanya berusaha untuk bisa selalu disisimu walau itu hanya sebagai temanmu. Jadi jangan buat hatiku goyah. Karena Sabtu kemarin, kau sudah sukses merusak pertahananku. Itu pertama kalinya kau meneleponku, kau tahu? Kau tahu betapa hatiku langsung mencelos karena melihat namamu di layar hpku? Kau mengulanginya lagi hari Minggu kemarin, kau meneleponku lagi? Kenapa? Bukankah biasanya kau tidak mau meneleponku, bukankah kau lebih suka menelepon teman yang lain dibandingkan meneleponku? Aku sudah sampai di titik terakhir pertahananku. Kau merusak semuanya. Maaf, tapi kali ini kau harus menyiapkan dirimu sebaik mungkin, karena aku akan tetap menyukaimu. Kali ini tidak hanya sekedar menyukaimu, aku akan berjuang membuatmu menyukaiku. Sesusah apapun itu tuan robotku tersayang, persiapkanlah dirimu. Karena aku akan membuatmu menyesal karena telah merusak pertahananku. 


Tapi, aku bersyukur kau meneleponku, karena jika tidak aku akan tetap menjadi diriku yang bodoh, yang tidak berani dan tidak maju. Kalau nanti kau jadi membenciku sesudah kau tau perasaanku, maka aku minta maaf. Aku tidak pernah bermaksud untuk mengkhianati pemikiranmu mengenai pernikahan, masa depanmu dan lain sebagainya, namun aku juga tidak bisa membohongi diriku lagi. Aku akan memberikanmu jarak dan waktu untuk memahami hatimu dan memahami hatiku. Aku berharap kita tidak pernah menjadi orang asing lagi. Tuan robotku tersayang, aku menyayangimu.





Menerima Kenyataan

Setelah aku harus berhadapan dengan kenyataan, aku tidak tahu apa lagi yang harus aku tuliskan mengenai dirinya disini. 
Aku takut lagi-lagi semua itu hanya sekedar harapan atau khayalanku. Awal bulan ini, aku benar-benar hampir dibuat gila dengan kenyataan. Aku mulai memasukkan fakta demi fakta ke dalam kepalaku. 
Fakta bahwa dia tidak mencintaiku. Lalu aku pergi ke luar kota bersama keluargaku tanpa memberitahukannya.
Walau aku tidak memberitahu kepergianku aku menuliskan setiap update-an ke akun sosial mediaku. Jumat, Sabtu dan Minggu. 3 hari perjalanan tidak membuatku membaik. Aku semakin memikirkannya. Apalagi saat aku melihat dia keluar dari rumah pagi-pagi hari Sabtu yang lalu, aku merasa ada yang tidak beres. Aku merasa dia sedang mengalami satu hal yang mengganggu keberadaan hatinya. Aku mengkhawatirkannya.
Aku memikirkannya. Aku ingin menanyakan apa ada yang salah dengannya? tapi aku tidak punya keberanian. Aku ingin menyemangatinya, namun aku juga tidak berani.

Hari Minggu, aku sedikit bisa menerima kenyataan kalau ia tidak menyukaiku lebih dari teman. Pagi di hari Minggu itu aku melihat sebuah pantai yang indah. Keindahannya mampu mengalahkan keresahan hatiku, mampu membuatku melupakannya walau hanya untuk waktu dua jam. Karena setalah itu aku malah menginginkan dia berada di pantai itu bersama denganku. Melihat keindahan yang sama dengan yang kulihat.
Siang itu aku kembali ke Jakarta. Aku merindukannya. Aku mencoba mengupdate banyak hal, berharap dia memberikan respon dengan komentar ataupun hinaan. 
Namun, tidak ada yang terjadi. Disaat harapan sudah hampir hilang, dia menge-tag namaku di sosial medianya. Membohongiku, menggangguku, menggodaku. Saat aku marah, atau lebih tepatnya pura-pura marah, karena aku tidak tahu apa aku sanggup marah kepadanya. Dia muncul menyapaku di sebuah sosial media. Meminta maaf karena telah menggodaku. Saat itu hatiku rasanya terlalu bahagia. Saling mengirimkan pesan melalui sosial media dengannya membuatku bahagia. 
Lalu, besoknya semua kembali seperti semula.

Aku ya aku dengan kenyataan yang harus aku terima. Dia ya dia dengan kehidupannya yang mungkin tidak akan bersinggungan denganku di masa yang akan datang.


Harapan Vs Kenyataan (3)

Ternyata harapanku akan dia memasuki tahapan akut atau stadium 3.
Walau begitu ini mungkin akan menjadi tahapan terakhir karena mulai saat itu aku mulai mengatakan kepada diriku sendiri, jangan tertipu. Jangan menipu dirimu sendiri. 

Sabtu malam kemarin, aku dia dan dua orang teman lainnya menghabiskan malam di sebual mall di kawasan Jakarta Selatan, atau lebih tepatnya disebuah tempat minum kopi yang berada di sebuah mall di kawasan tersebut. 

Entah bagaimana, aku dan dua orang temanku ini berpisah sementara dari dia dan kembali bertemu di kedai kopi tersebut. Aku melihat dia membawa sebuah kantong belanjaan. Hm. 

Sejujurnya, awalnya aku kembali berharap kalau itu adalah hadiah buatku. (lagi-lagi aku membodohi diriku). Akan tetapi itu bukan untukku. 

Setelah aku pikir-pikir, memang itu tidak akan pernah menjadi untukku. Kemungkinan terbesar adalah ia membeli hadiah untuk sepupunya yang berulang tahun tanggal 1 Agustus kemarin.

Tapi dengan kejadian ini aku membiarkan diriku menjadi orang bodoh dengan kadar kebodohan yang hampir mencapai 80%. Dan tentu saja ini sudah kelewatan. Bukankah aku sudah belajar dari pengalaman di waktu2 lalu?

Kenapa aku harus sebodoh itu sih? Kenapa????
Kenapa???!!!!!!
KENAPA??!!!!!!!!


Harapan Vs Kenyataan (2)

Setelah tanggal 30 sialan itu aku mulai memikirkan bahwa mengharapkanmu adalah sebuah kesalahan yang amat besar. Sebuah kebodohan yang luar biasa membiarkan perasaanku diatur naik dan turun oleh kebaikan dan perhatianmu kepadaku.

Niatku adalah membuat kau juga merasakan hal yang sama dengan yang aku rasakan, namun kenyataannya adag aku sekali lagi menemukan diriku dibodohi oleh harapan kepadamu.

Aku menginginkan hadiah itu darimu.
Aku menginginkan buku itu darimu.
Hanya darimu.
Aku mengira, tidak, aku berharap kau akan memberikannya untukku.
Ya, aku sekali lagi membiarkan harapanku melambung tinggi.
Dan... BRAKKK!!!
Aku menemukan diriku terjatuh ke dasar, dipenuhi dengan kesakitan dalam hati yang tidak dapat diungkapkan.
Aku menemukan diriku dipenuhi rasa malu yang sangat besar karena lagi-lagi aku dengan bodoh mengharapkanmu.

Pada akhirnya kebodohanku membuatku sadar bahwa ada banyak orang-orang yang mengasihiku. Mengapa aku harus selalu memikirkanmu? Mengapa aku tidak memikirkan mereka yang mengasihiku?

Aku mendapatkan buku itu, bukan darimu. Bukan dari orang yang kuharapkan. Namun, setidaknya dari orang yang mengasihiku. Mengingatku.