14 02 2013, 01.30 WIB

Malam itu aku berada dikamarku sendirian.
Setelah tiga jam mengobrol melalui telepon dengan temanku dan setelah sibuk mencari alasan untuk tetap menjadi perempuan single dan happy, aku termenung beberapa saat.
Single. Not in relationship. But still a happy woman and full of love.
Dimana letak salahnya?
Mungkin tidak ada. Tapi seperti yang diketahui, untuk para perempuan di negara ketiga, kehidupan pernikahan sebelum berumur 30 tahun adalah hal penting.
Tiba-tiba aku merasa sepi dan membutuhkan seseorang untuk mengalihkan pikiranku dari kata pacaran, tunangan, pernikahan, kehidupan berumah tangga, istri dan ibu.
Aku membuka handphoneku, melihat nama-nama semua kontak telepon dan berharap ada yang masih dapat menemaniku.
Ah, ada satu. Nama dia. Orang yg sibuk menonton sampai tengah malam sepertiku.
Jadi kuputuskan untuk menyapanya. Jam menunjukkan 23.45 wib.

Lima belas menit kami berkirim pesan tanpa ada arah percakapan yg jelas. Hanya membahasa dari satu topik ke topik yang lain. Saat jam di handphone menunjuk ke angka 00.00 wib, aku mengingatkannya bahwa ini adalah hari kasih sayang. "Bukankah kau harus mengucapkan ucapan happy valentine's day kepada pacarmu?" tanyaku.

"ah, ya. kau benar." jawab dia.
Dia tidak mengirim pesan untukku beberapa saat dan kami kembali bercerita saat angka di handphoneku menunjuk ke 00.20 wib. Percakapan semakin tak tentu arah. Hal-hal tabu juga dibicarakan dan mengingat bahwa dia akan bekerja di pagi hari jadi kusudahi percakapan absurd ini.
Pukul menunjukkan 01.30 wib dan aku menuliskan "besok kau masih harus kerja kan? yasudahlah. Tidur gih."
Saat itu aku tak mengharapkan apa-apa. Tidak menantikan apa-apa yang dapat membangkitkan kenangan lama tentang dia.
Namun, dia menuliskan hal ini, "yowes." dan disusul dengan kalimat ini, "Happy valentines day, ..." Apa ini? pikirku. Kenapa dia selalu menunjukkan kebaikan tak penting padaku.
Aku membalas ucapannya dengan kata-kata yang sama, namun kata-kata darinya mungkin tak akan pernah kulupakan sepanjang hidupku. Ini kata-kata selamat hari kasih sayang kedua yang dia ucapkan untukku. Kata-kata dari kisah laluku. Kata-kata dari dia yg kini telah menjadi temanku. Hanya saja, yang kutakutkan diriku jdi memilik harapan lebih kepadanya. Padahal pikirku sudah cukup jika dia menjadi temanku. Aku tidak mau serakah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar