Agustus yang lalu, aku berusaha mengabaikanmu sebisaku. Mengabaikanmu di whatsapp grup, mengabaikanmu di line, mengabaikan postingan path-mu, mengabaikan postingan FB ataupun twitter. Aku mencoba mengabaikanmu sebisaku, mengabaikanmu saat malam minggu, mengabaikanmu pada hari minggu, mengabaikanmu di jumat malam dan hari-hari lainnya aku menolak untuk memikirkanmu. Kenyataannya selama bukan Agustus aku bisa menerima hidupku tanpamu, tanpa kehadiranmu. Tapi mengapa kau tidak mengabaikanku juga? Mengapa kau justru semakin mendekat dengan cara-cara yang tidak bisa kupahami.
Aku bisa mengerti mengapa kau selama sebulan kemarin mengirimkan twitter atau komentar di postingan FB-ku, itu semata-mata kita membicarakan hal yang kita sukai yaitu, Rurouni Kenshin. Lalu aku membalas twitter dan komen FB-mu seminimal mungkin. Namun, kau bukannya justru memahami maksudku, kau malah semakin sering melakukan kegiatan di semua sosial yang berhubungan denganku. Kau menuliskan komen di postingan Lineku, kau memberikan muka "laugh" di postingan pathku, kau bahkan tidak keberatan dibujuk rayu oleh teman2 untuk datang bersama mereka dan menjemputku ke rumah, Jumat malam kemarin. Untuk apa? Apa benar hanya untuk makan di kopitiam yang terletak di dekat rumahku? Kenapa kau tidak menyarankan kepada mereka untuk makan di sekitar lingkungan Jakarta Selatan saja? Mengapa kau mau menjemputku?
Aku memasukan kutipan ini ke path-ku.
Dan kau memberikan gambar seperti ini 😜 sebagai komentarmu. Apa kau tahu maksudku menaruh postingan ini? Aku ingin menjauhimu. Bukan karena aku membencimu, tapi karena alasan yang ketiga. Aku takut semakin jatuh hati kepadamu, kau tahu...?! Aku ingin maju, meneruskan hidupku, yang tidak ada dirimu di dalamnya, karena kau tidak ingin aku ada di dalam hidupmu. Aku tidak mau menangis lagi karenamu, bodohku yang selalu membuatku tersenyum.
Aku menyayangimu, itu hal yang mutlak. Kau tidak menyayangiku, itu juga sebuah hal yang mutlak. Aku tidak bisa mengubah hatimu, kalau kau tidak mengijinkan hatimu sendiri untuk berubah. Hey, tuan robotku tersayang, aku ini hanya berusaha untuk bisa selalu disisimu walau itu hanya sebagai temanmu. Jadi jangan buat hatiku goyah. Karena Sabtu kemarin, kau sudah sukses merusak pertahananku. Itu pertama kalinya kau meneleponku, kau tahu? Kau tahu betapa hatiku langsung mencelos karena melihat namamu di layar hpku? Kau mengulanginya lagi hari Minggu kemarin, kau meneleponku lagi? Kenapa? Bukankah biasanya kau tidak mau meneleponku, bukankah kau lebih suka menelepon teman yang lain dibandingkan meneleponku? Aku sudah sampai di titik terakhir pertahananku. Kau merusak semuanya. Maaf, tapi kali ini kau harus menyiapkan dirimu sebaik mungkin, karena aku akan tetap menyukaimu. Kali ini tidak hanya sekedar menyukaimu, aku akan berjuang membuatmu menyukaiku. Sesusah apapun itu tuan robotku tersayang, persiapkanlah dirimu. Karena aku akan membuatmu menyesal karena telah merusak pertahananku.
Tapi, aku bersyukur kau meneleponku, karena jika tidak aku akan tetap menjadi diriku yang bodoh, yang tidak berani dan tidak maju. Kalau nanti kau jadi membenciku sesudah kau tau perasaanku, maka aku minta maaf. Aku tidak pernah bermaksud untuk mengkhianati pemikiranmu mengenai pernikahan, masa depanmu dan lain sebagainya, namun aku juga tidak bisa membohongi diriku lagi. Aku akan memberikanmu jarak dan waktu untuk memahami hatimu dan memahami hatiku. Aku berharap kita tidak pernah menjadi orang asing lagi. Tuan robotku tersayang, aku menyayangimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar