Saya pernah menuliskan sebuah status pada sebuah media sosial mengenai apa yang saya tidak sukai saat acara kumpul keluarga pada saat pergantian tahun. Status saya ini kemudian di 'screen capture' olehnya. Dan dipergunakan untuk meledek saya karena saya tidak menyukai topik pembahasan yang selalu berulang pada malam pergantian tahun tersebut.
Topiknya adalah pernikahan. Sebuah lembaga yang disahkan oleh Tuhan dan negara atas bersatunya dua insan berlainan jenis sebagai suami istri dalam mahligai rumah tangga. Sebuah awal baru dalam kehidupan orang muda dan sebuah akhir bagi kebebasan makhluk sosial. Pernikahan bukan sekedar lembaga tetapi juga kursus atau sekolah baru yang akan mengajarkan manis pahitnya sebuah alur kehidupan. Baiklah mungkin ini sedikit terdengar pesimis, namun saya memang tidak terlalu optimis dalam hal pernikahan. Bagaimanapun, pernikahan adalah sebuah hal yang sulit dan butuh usaha ekstra keras agar dalam menjalaninya tidak timbul penyesalan.
Bagi saya yang hampir seumur hidup memiliki gelar 'being single being happy', setiap kali topik menikah dibahas rasanya dunia seakan berwarna abu-abu. Tentu saja abu-abu karena saya tidak tahu harus menjawab apa? Saat ditanya kapan, hal pertama yang terbersit adalah calonnya saja tak punya, jd bagaimana bisa 'kapan' itu berlangsung?
Jadi status bodoh itu tertulis oleh saya dan di-'screenshoot' olehnya. Hal konyol yang terjadi adalah pada kemarin malam, secara personal dia mengirimkan hasil 'screen capture' yang sudah lewat 5 bulan itu kepada saya melalui sebuah sosial media. Hal pertama yang saya lakukan adalah tertawa karena jujur saja, saya sudah melupakan hal tersebut, namun dia masih menyimpannya. Hal kedua yang menurut saya luar biasa adalah saat dia memberitahukan kepada saya posisi dirinya sama dengan posisi saya pada malam pergantian tahun tersebut, bahwa kita sama-sama dicecar oleh pertanyaan mengenai pernikahan. Tentu saja hal ini sangat lucu. Dan tentunya menarik.
Dia yang memiliki komitmen belum ingin menikah dalam jangka waktu dekat disuruh agar segera memiliki pasangan. Hahaha. Ini menyenangkan. Lebih menyenangkan lagi dia bercerita kepada saya secara personal. (Apakah saya boleh merasa Ge-eR?). Entah apa maksudnya menceritakan hal ini kepada saya? Apakah ingin saya men-support-nya? Atau apakah dia sedang butuh teman curhat? Atau ingin saya tahu bahwa posisi kita sama, sehingga kita wajib saling membantu? Atau apakah dia ingin kami bekerjasama (dalam hal ini berpura-pura pacaran). Hahaha apapun itu saya senang.
Sejujurnya, yang saya harapkan adalah kami membentuk sebuah koalisi. Tidak masalah kami berpura-pura berperan sebagai teman dekat di depan kedua orangtua kami, yang terpenting adalah agar pertanyaan keramat itu tidak selalu terlontar dalam setiap percakapan. Walaupun daripada pura-pura saya lebih ingin bisa berpasangan dengan dia secara nyata. Apa boleh buat, saya menyukai dia kok, tapi dia tidak menganggap saya menarik, well, itu juga apa boleh buat. Hahaha.
Walaupun saya tertawa, saya juga terluka saat tahu saya tidak menarik dalam pandangannya. Hm. Hidup itu memang begitu kan? Tidak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan, hanya saja saya cukup senang bahwa posisi kami sekarang sama. Sama-sama dicecar pertanyaan keramat. Yah, harapan saya sih, kami masing-masing dapat menemukan seseorang yang terbaik untuk berada di samping kami dan bersedia mendampingi kami sampai maut memisahkan kami dari pasangan kami tersebut.
Atau mungkin kami benar-benar dapat menjadi pasangan dan akan bersama sampai maut memisahkan kami...? Hahahaha jangan terlalu dibawa serius, hal ini tidak akan terjadi tanpa adanya keinginan dari kedua belah pihak, bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar