Saat November berakhir dan Desember memulai perjalanannya, aku mengetahui bahwa orang yang kusukai, mentraktir perempuan yang (entahlah, mungkin perempuan yang dia sukai selama ini) tepat di hari ulang tahun perempuan itu. Temanku menceritakan peristiwa tersebut dengan perasaan tidak percaya. Akupun tidak percaya mendengarnya. Kupikir selama ini aku dan dia memiliki perasaan yang sama dan kami hanya tidak dapat saling mengungkapkan perasaan kami karena terhalang gengsi dan harga diri (prinsip murahan yg kami bentuk di otak kami).
Saat Desember memasuki minggu kedua, aku kehilangan adik sepupuku. Adik yang bersama mengisi masa2 kecilku. Kaisar Siregar. Seorang adik yang membuat bangga keluarga. Kaisar Siregar telah pergi untuk selamanya bersamaan dengan guyuran hujan. Kepergian adikku membuatku melupakan sejenak mengenai rasa sedih karena memikirkan perasaanku yang akan lagi-lagi bertepuk sebelah tangan. Aku bersedih kali ini bukan untuk diriku tapi untuk keluarga yang ditinggalkan oleh adikku.
Saat Desember memasuki minggu ketiga, aku harus mengikhlaskan kisah cintaku. Mengikhlaskan cinta yang baru kumulai tiga tahun terakhir ini. Cinta yang bahkan belum tumbuh dan belum mekar. Aku berusaha untuk tabah, tapi aku tetap merasakan tusukan ribuan jarum di tubuhku. Di hatiku terutama. Aku tak bisa mengabaikan rasa sakit ini. Sekeras apapun aku berusaha, aku tetap merasakan sakitnya.
Sebentar lagi Desember akan memasuki minggu terakhir dan entah apa yang akan kualami. Aku berharap kisah ini tidak berhenti disini. Jika berhenti, aku berharap kelak aku akan mengalami perasaan jatuh cinta lagi. Dan mungkin lain kali aku akan lebih berani menyatakan isi hati. Bahkan setelah aku berkata bahwa aku ingin mencoba mengikhlaskan dirinya jika dia menyukai perempuan lain, jauh di dalam lubuk hatiku, aku masih berharap bahwa aku masih memiliki kesempatan untuk setidaknya mengutarakan perasaanku kepadanya.
Akankah aku mendapati bulan Desember yang dipenuhi dengan keceriaan cinta?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar