Memang benar bahwa suasana di rumah sakit ini suram dan tidak menyenangkan tapi aku berusaha agar ayahku tidak menyadari perubahan suasana hatiku, jadi aku tetap tersenyum, melucu dan menghiburnya.
Kalimat pembuka dri lagu rohani tersebut dapat di katakan sepenuhnya benar. Saat hati kita gembira tidak ada rasa sakit yg dapat membuat kita jadi lemah, tp saat semangat kita turun atau patah maka setiap bagian tubuh rasanya sakit.
Untuk dapat mempertahankan hati yang gembira benar2 susah. Apalagi akhir2 keadaan / suasana hatiku kian tak menentu. Berubah dengan cepat seperti cuaca di musim gugur. Yah, walaupun di negara saya tidak ada musim gugur, mungkin dapat dikategorikan seperti cuaca di musim pancaroba.
Keadaan atau suasana hatiku naik turun antara gembira dan sedih hanya karena satu dan dua hal. Dan dua hal ini ada kaitannya dengan ayahku dan kamu. Lagi-lagi kamu. Sampai kapan sih kamu ingin membuat hidupku bergejolak seperti rollercoster?
Hal pertama
Hal pertama yg membuat hatiku gundah dan tak gembira adalah perkataan ayahku. Ayahku bukan orang yg senang menyuruh atau meminta anak2nya melakukan sesuatu. Dimata ayah kami, anak2nya sudah dewasa dan dapat mengambil keputusannya sendiri. Baiklah, keputusan mengenai pernikahan. Pernikahan bukanlah hal yg dipaksa dalam keluargaku. Ayahku tidak seperti orangtua lainnya yg menetapkan batasan umur bagi putrinya untuk segera menuju pelaminan.
Keputusanku sudah bulat, aku tidak akan menikah sebelum aku bisa menyenangkan hati orangtuaku dengan gajiku sendiri. Tapi saat dirawat di rumah sakit, ayahku berkata dengan nada setengah bercanda kepada sustwr kalau dia pusing memikirkanku yg sdh kuliah tinggi2 ini belum juga menikah. Tsk. Apa2an itu..? Ayahku bilang kalau dirinya hanya bercanda, tapi aku tahu persis ayahku, itu bukan candaan, itu keinginan hatinya yg tdk dapat diutarakan terus terang kepadaku. Ah, jadi aku harus segera menikah agar ayahku senang dan tenang. Namun permasalahan terbesarnya adalah aku tak punya pacar..!
Hal Kedua
Hal kedua adalah orangtuaku tahu aku tak punya pacar ataupun riwayat berpacaran, tapi mereka sepertinya menduga bahwa ada seorang laki2 yg menyukaiku. Tsktsk. Ini yg menjadi sumber masalah yg membuat hatiku dari gundah menjadi sedih.
Praduga orangtuaku yg merasa ada anak laki2 yg menyukaiku ini dapat dipastikan salah (mungkin). Anak laki2 itu yg selalu aku sebutkan sebagai kamu dalam blog ini. Pada kenyataannya yg punya perasaan suka (sedikit) itu aku, dan si kamu ini (kemungkinan besar) tidak suka padaku lebih dari teman. Tsk. Semua hal ini membuatku semakin pusing. Kenapa orangtuaku mengharapkan dirinya sih? Memang kami ini sedekat apa dimata kedua orangtuaku? Ah, lagipula aku dan si kamu ini sudah tidak sering bertemu. Maksud diriku tidak menemuinya atau menghindarinya adalah karena kupikir dia akan kangen atau merindukan keberadaanku, tapi nyatanya mencariku atau menanyakan keberadaanku pun tidak. (Hiks, merasa semakin terpuruk).
Jujur saja aku sudah bosan dengan permainan tarik ulur ini (mungkin permainan ini tdk pernah terjadi dan hanya khayalanku). Arggghhhhhhh....!!!!!!!!! Benci sekali dengan situasi ini. Apaaa..? kau dulu pernah bilang padaku bahwa menikah itu juga termasuk dalam menyenangkan hati orangtua kan? Jdi kau mengatakan hal tersebut tanpa ada maksud apa2 kepadaku? Hahhh..! Bodoh sekali aku ini.
Jadi satu minggu terakhir ini hatiku jauh dari kata gembira. Dan perlahan2 aku menyadari bahwa seluruh tubuhku mulai terasa tidak enak. Terutama hati dan pikiranku, rasanya sakit seperti tertusuk saat tau bahwa ayahku ingin aku menikah dengan org yg dipikirnya menyukai putrinya dan ternyata semua itu adalah hal yg tidak (mungkin) belum dapat terwujud.
Tsk..Tsk..Tsk.. Lebih menyakitkan lagi kalau ayahku sampai tahu bahwa putrinya seringkali melakukan salah baca tanda sehingga sekarang putrinya terjebak dalam cinta yg bertepuk sebelah tangan. Ah. rasanya rahasia ini harus aku jaga sampai mati. Jangan sampai ayahku tahu hal ini dan membuatnya bertambah sedih.
Cepatlah sembuh, yah. Aku akan menemukan seorang pria yg mau mencintaiku sepenuhnya. Kalau suatu saat aku bertemu dengannya, aku berharap ayah masih dapat merestui pernikahanku.
Ps : I Love you, Dad. Always.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar